Begitulahringkasan cerita rakyat gunung bromo atau cerita rakyat asal mula gunung bromo. Legenda Gunung Bromo merupakan salah satu dari ribuan kumpulan cerita rakyat nusantara yang bisa dikisahkan untuk anak anak. Pasalnya, selain untuk memperkenalkan sejarah dan budaya indonesia juga untuk mengajarkan nilai moral yang ada dalam cerita itu. Ceritadan Legenda Bromo. Menurut Cerita rakyat suku tengger tentang Sejarah Gunung Bromo, alkisah pada dahulu kala ketika dewa dewi senang turun kedunia, kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah dan mencari tempat pengungsian. Pada saat itulah dewa mulai menuju ke sebuah tempat di sekitar kawasan gunung bromo. Pasanganini hidup tentram tinggal di lereng gunung bromo. Penduduk asli gunung bromo berkaitan erat dengan cerita legenda joko seger dan roro anteng. Berdarakan cerita sejarah dan legenda gunung bromo bahwa nama suku tengger diambil dari suku kata awal dari nama kedua pasangan tersebut. Pernikahan mereka tak kunjung diberikan keturunan. TerakhirDiperbarui pada bulan April 10, 2022. Volcano surfing is surely one of the most interesting extreme boardsports out there. One may think of it as a spin-off of papan pasir - except it is practiced on hardened lava slopes.Hanya ada beberapa, gunung berapi aktif yang dipilih di mana olahraga ini dapat dilakukan, despite this it has gained popularity as a tourist attraction (especially Bookinghotel dekat Gunung Bromo, Probolinggo terlengkap ☑️Higiene ☑️Jadwal Fleksibel ☑️Tanpa Cemas. Unduh Aplikasi. Jadi Partner Traveloka. Simpan. Masyarakat yang mendiami daerah di Gunung Bromo berasal dari suku Tengger. Asal mula nama "Tengger" menurut masyarakat yang ada di sekitar Gunung Bromo adalah berasal dari legenda FaRjM. Kali ini saya menulis tentang sejarah atau asal mula Gunung Bromo. Banyak wisatawan yang kurang mengetahui asal mu-asal tempat yang dikunjunginya, oleh sebab itu di sini saya memaparkan cerita rakyat menurut warga sekitar tentang asal mula Gunung Bromo. langsung aja ke cerita yuk Berdasarkan cerita sejarah dan legenda bahwasanya Gunung Bromo berasal dari nama Brahma yaitu Gunung yang dianggap Suci oleh masyarakat suku tengger. Kemudian orang jawa menyebutnya Gunung Bromo. Suku tengger adalah masyarakat asli yang berada di kawasan kaki gunung bromo semeru yang berasal dari penduduk pribumi kerajaan majapahit. Sejarah Gunung Bromo Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger yang ada di kawasan Gunung Bromo berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Itulah sejarah dan legenda terbentuknya gunung bromo purba. Asal Usul Suku Tengger Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” Joko Seger “. Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai “Rara Anteng”. Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut. Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung batok kelapa dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung Batok kelapa yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Misteri Gunung Bromo Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo . Pada masa itu berdasarkan cerita sejarah dan legenda bahwasanya Gunung Bromo berasal dari nama Brahma yaitu Gunung yang dianggap Suci oleh masyarakat suku tengger. Kemudian orang jawa menyebutnya Gunung Bromo. Suku tengger adalah masyarakat asli yang berada di kawasan kaki gunung bromo semeru yang berasal dari penduduk pribumi kerajaan majapahit. Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo Purba Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger yang ada di kawasan Gunung Bromo berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Itulah sejarah dan legenda terbentuknya gunung bromo purba. Cerita Asal Usul Suku Tengger. Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” Joko Seger “. Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai “Rara Anteng”. Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut. Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung batok kelapa dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung Batok kelapa yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Misteri Gunung Bromo Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib ”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi dan di persambahkan kepada Hyang Widi asa di kawah Gunung Bromo. sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo. Larangan Di Gunung Bromo Gunung Bromo begitu mempesona sehingga banyak para wisatawan dari berbagai negara tertarik untuk bisa menikmati keindahan alamnya. Namun untuk sahabat yang akan berlibur ke gunung bromo harus tahu larangan apa saja yang harus ditaati ketika pergi ke bromo. Dilarang Melangkahi Pawon Menurut kepercayaan masyarakat Tengger, seseorang dilarang melangkahi pawon. Pawon sendiri merupakan alat untuk memasak dalam budaya Suku Tengger. Jika seseorang melangkahi pawon, dia diyakini akan kehilangan jodohnya atau jodohnya akan direbut oleh orang lain. Membawa pulang batu bata dari Gunung Bromo Larangan ini juga patut sahabat ketahui karena jika tidak, itu bisa berakibat buruk pada diri sahabat. Ketika sahabat berwisata ke Gunung Bromo, jangan coba-coba membawa pulang batu bata dari tempat tersebut. Jika sahabat melakukannya, penghuni Bromo’ diyakini akan marah dan dapat membawa nasib buruk bagimu. Kencing menghadap Gunung Bromo Meski terdengar absurd, sahabat nggak boleh buang air menghadap ke arah Gunung Bromo. Hal ini dipercaya akan membawa nasib buruk bagi pelakunya, karena aktivitas itu dinilai melecehkan penghuni’ Gunung Bromo. Bertindak atau berkata kotor saat masuk Pura Datang ke Bromo belum lengkap jika belum mampir ke Pura Luhur Poten. Tapi ingat, jika sahabat ingin berkunjung ke pura ini, dilarang keras untuk melakukan tindakan ataupun bertutur yang nggak pantas. Wanita yang sedang haid dilarang masuk Pura Selain tidak diperkenankan untuk bertindak, berbicara, atau berpikir hal yang nggak pantas di dalam pura, wanita yang sedang haid juga dilarang untuk masuk ke area suci tersebut. Jadi, jika sahabat sedang dalam kondisi tersebut, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk masuk. Begitulah Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” menjadi cerita rakyat yang membudaya bagi masyarakat suku tengger di kawasan gunung bromo. Cerita tentang Sejarah Dan Legenda Wisata Gunung Bromo dengan peran ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” sangat populer bagi wisatawan Liburan Ke Bromo. Gunung bromo adalah salah satu jenis gunung berapi yang masih aktif di Indonesia. Keindahan alam yang di tawarkan gunung Bromo, menarik para wisatawan untuk berkunjung kesana. Bukan hanya wisatawan domestik saja yang terpikat dengan keindahan alam gunung bromo. Wisatawan asing juga berlomba-lomba untuk berkunjung ke Bromo. Siapa sangka jika gunung yang cantik ini menyimpan legenda yang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Legenda ini juga menjadi dasar adanya tradisi upacara kasada yang rutin di selenggarakan setiap tahun di gunung ini. Kira-kira seperti apa ya kisahnya? Berikut cerita gunung bromo dalam bahasa jawa beserta unsur intrinsiknya. Para Dewa Turun dari KayanganKelahiran Joko SegerKelahiran Roro AntengRoro Anteng di Pinang RaksasaSyarat Pernikahan dari Roro AntengSiasat Roro Anteng untuk Menggagalkan LamaranPernikahan Roro Anteng dan Joko SegerBertapa untuk Memiliki AnakRoro Anteng dan Joko Seger Memiliki AnakGunung Bromo MeletusPengorbanan Jaya KesumaAwal Mula Tradisi Upacara KasadaUnsur Intrinsik Legenda Gunung BromoTemaTokohLatarAlurSudut PandangAmanat / Pesan Moral Para Dewa Turun dari Kayangan Ing jaman biyen nalika Para Dewa saka kayangan isih sering mudun ing dunya. Nalika iku Kerajaan Majapahit kena serangan saka kerajaan liya. Serangan kuwi gawe warga Majapahit padha bingung nyelametake uripe. Lan padha golek panggon kanggo ngungsi. Kahanan kasebut padha wae karo para Dewa sing mulai lunga marang siji panggonan ing sekitarane Gunung Bromo. Gunung Bromo isih tenang lan ngadek sing slimuti kabut putih. Para Dewa sing teka ing sekitarane Gunung Bromo, mulai semayam ing lereng Gunung Pananjakan. Saka lereng Gunung Pananjakan bisa weruh kapan srengengene munggah saka wetan lan kapan srengengene sirep saka kulon. Kelahiran Joko Seger Ing sekitare Gunung Pananjakan panggone para Dewa semayam ya uga ana panggonan kanggo para pertapa. Pertapa ing Gunung kasebut saben dina muja lan ngening cipta. Ing sawijining dina sing mbahagiakake, bojone pertapa kuwi nglairake anak lanang. Rupane anak lanang kasebut ganteng banghet kaya ana cahaya terange. Cahaya kuwi mertandakake anak kasebut lair saka titisan jiwa sing suci. Anak kasebut wiwit lair keton sehat lan kuat. Tendhangan sikile kuat lan gegeman tangane seret banget. Kuate bocah kasebut ora kaya bocah bayi sing umum. Amerga lahir sehat lan kuat bocah kasebut di arani Joko Seger. Artine Joko Seger yaiku bocah lanang kang sehat lan kuat. Kelahiran Roro Anteng Ing sekitare Gunung Pananjakan panggonan liya, padha karo wektu kelahirane Jaka Seger ya anak bocah wadon kang di lahirake. Bocah wadon kasebut uga lair saka titisane Dewa. Rupane bocah kasebut ayu lan elok. Siji-sijine bocah wadon ing panggonan kasebut ya bocah kuwi. Umume bocah kang di lahirake padha nangis. Nanging bocah kasebut ora nangis lan meneng wae. Amarga kahanan kasebut, bocah kuwi di arani Roro Anteng. Ing umure kang wis remaja, Rara Anteng dadi bocah kang ayu banghet. Metu jelas saka raine Rara garis garis ayune. Roro Anteng di Pinang Raksasa Kaendahane Rara Anteng terkenal ing saben daerah. Akeh putra raja sing nglamar, nanging padha di tolak. Rupane Rara Anteng wis kepincut karo bocah lanang liya yaiku Joko Seger. Apa maneh bapake Roro Anteng bisa nerima Joko Seger dadi calon mantune senajan Joko dudu golongane bangsawan. Nanging banjur ana masalah yaiku nalika kabar kaendahane Roro Anteng kesebar tekan kupinge raksasa sing manggon ing sakitare lereng Gunung Bromo. Raksasa sing kaya badhak kasebut jenenge Kyai Bima. Dheweke sekti, kuat lan kejem. Barang krungu kabar kuwi kyai Bima langsung teka nglamar Roro Anteng. Yen karepe ora iso di turuti, dhusun lan saisine bakal di sirnakake. Kahahan kasebut gawe Roro Anteng lan keluargane bingung nolak lamarane. Dene Joko Seger ora bisa nindakake apa-apa amarga ora bisa nandhingi kekuawatan gaibe raksasa kasebut. Syarat Pernikahan dari Roro Anteng Sawise mikir sedhela, akhire Roro Anteng nemu cara kanggo nolak lamarane Kyai Bima kanthi alus lan sopan. Dhewek bakal ngetrapake siji syarat sing bisa di tindakake dening raksasa kasebut. “Inggih Kyai Bima! Kula bakal nampa lamarane panjenengan, nanging sampeyan kudu netepi siji syarat”. Ujar Roro Anteng. “Apa syarate! Cepet kowe ngomongo!”. Dawuhe Kyai Bima kanthi swara nyentak. Krungu swara kasebut, Roro Anteng dadi gugup. Nanging dheweke nyoba tetep tenang kanggo ngilangi rasa gugup. “Gawekna kula telaga ing dhuwur Gunung Bromo! Yen panjenengan bisa ngerampungake sewengi, kula bakal nampa lamarane panjenengan Kyai”. Ujare Roro Anteng. Kanthi yakin lan gawe kekuwatan gaib, Kyai Bima nyetujui syarat kasebut lan nganggep syarat kasebut gampang banget kanggo dheweke. “Apa iku wae sing mbok pengeni Roro Anteng?” Pitakone raksasa kanthi nada angkuh. “Inggih, nanging panjenengan kudu eling, kudu rampung sakderenge jago kluruk!”. Wangsulane Roro Anteng. Krungu wangsulane Roro Anteng, raksasa kasebut ngguyu banjur mlayu menyang pucuk Gunung Bromo. Tekan kana, dheweke wiwit ngeruk lemah nganggo tempurung klapa sing gedhe banget. Siasat Roro Anteng untuk Menggagalkan Lamaran Mung sawetara kerukan, dheweke wis kasil nggawe bolongan gedhe. Dheweke terus ngeruk lemah ing gunung tanpa leren. Rara Anteng wiwit kuwatir, bareng wayah esuk panggaweane Kyai Bima wis meh rampung. “Adhuh, cilaka aku! Raseksa kuwi pancen kuwasa. Apa sing kudu tak lakoni kanggo gagalake gaweyane?”. Ujare Rara Anteng. Roro Anteng mikir maneh piye carane supaya raseksa kasebut ora iso netepi panjalukane. Pungkasane dheweke mutusake kanggo nangikake keluawarga lan tanggane. Wong lanang di dhawuhi ngobong jerami lan wong wadon di dhawuhi numbuk beras. Ora suwe banjur ana cahya abang saka wetan. Swarane lesung muni bola-bali, banjur di susul swarane jago kluruk. Ngerti pratandha yen esuk bakal teka, Kyai Bima kaget lan langsung mandheg anggone gawe sendhang sing meh rampung. “Apes tenan! Jebule wis esuk. Aku gagal rabi karo Roro Anteng”. Tangise raksasa nesu. Nalika Kyai Bima utawa reksasa metu saka puncak Gunung Bromo, dheweke mbalang bathok klapa sing isih di cekel. Jarene bathok klapa mau ambruk banjur malih dadi gunung sing di arani jeneng Gunung Bathok. Dalan sing di lewati reksasa mau dadi kali lan katon saiki isih iso di delok saka alas pasir Gunung Batok. Telaga sing ora di rampungake Kyai Bima saiki di arani segara Wedi utawa segara pasir sing nganti saiki isih bisa di tekani ing tlatah Gunung Bromo. Ngerti kabar yen raksasa gagal, Roro Anteng lan keluargane padha bungah. Raksasa mau lunga. Pernikahan Roro Anteng dan Joko Seger Ora suwe, Roro Anteng lan Joko Seger rabi. Sakwise rabi, Roro lan Joko mbukak desa anyar sing jenenge Desa Tengger. Jeneng kasebut di jupuk saka gabungan pungkasane jeneng Anteng Teng lan Seger ger. Wong kae urip seneng ing deso kasebut. Ing pimpinane Joko Seger lan Roro Anteng, warga ing deso kasebut urip ayem tentrem. Baca Juga √ Cerita Legenda Sangkuriang dalam Bahasa Jawa Bertapa untuk Memiliki Anak Nanging sakwise rabi wis suweh, Joko lan Roro durung duwe anak. Akhire wong loro kuwi tapa ning puncak gunung Bromo. Tapane amarga pengen duwe keturunan. Ora suwe banjur ana suara saka njero kawah Gunung Bromo. “Bojoku, rungokno! Kayane Dewa wis ngijabahi kekarepane kita. Matur nuwun Gusti Agung. Mengko anakku sing ragil bakal dakpasrahake marang Gusti Agung”. Ujare Joko Tengger kanthi ati kang bungah. Amarga seneng banghet, janji sing di omongake ora di pikir dhisik. Joko Seger sing kesusu ora ngrumangsani yen janjine bakal angel di tindakake. “Bojoku, kowe ngomong apa? Kita ora bakal duwe ati ngorbanake anak kandung kanggo dadi sesaji”. Ujare Roro Anteng. “Sepurane bojoku, amarga saking senenge aku ora mikir kanthi cetha. Nanging aku ora isa mbalekno apa sing wis tak ucapke dhateng Dewa. Dewa isa murka”. Wangsulane Jaka. Roro Anteng dan Joko Seger Memiliki Anak Taun ganti taun, kekarepane Joko Seger lan Roro Anteng wis kawujud. Akhire dheweke duwe anak sepuluh. Sakwise duwe anak sepuluh, dheweke ora duwe anak maneh. Mula, anak sing nomer sepuluh di anggep bocah paling ragil. Bocahe di jenengi Jaya Kesuma. Suwe-suwe anake podho gedhe kabeh. Joko Seger lan Roro Anteng durung netepi janjine. Dadi uripe ora kepenak lan ora tenang. Gunung Bromo Meletus Ing sawijining dina, ana kedadeyan sing gawe kaget kabeh warga Tengger. Gunung Bromo sing suci arep mbledos. Gunung kasebut ngetokake awu ireng lan lahar. Sekabehane warga Suku Tengger padha gupuh lan langsung mlayu. Mung Joko Tengger lan keluargane sing isih ana ing panggon kono. Sanadyan padha ngerti bebaya sing bisa di tindakake, dheweke nyoba ngati-ati ana ing desa kasebut. “Bojoku, kayane Dewa pancen mblenjani janji”. Ujare Joko Seger. Gupuhe Roro lan Joko dadi pitakonane anak-anake. “Ana apa bapak lan ibuk kok kuwatir banget, yen wedi gunung mbledhos mesthi padha mlayu wiwit wingi”. Batine anake. Akhire Joko Seger lan Roro Anteng nyritakake marang anak-anake kedadeyan pirang-pirang taun. Krungu crita kuwi, anak-anake padha sedhih banget. Amarga kanggo netepi janjine, wong tuwa kudu kelangan adhine sing ragil. Nanging yen ora netepi janji kasebut, para Dewa bakal duka lan bisa ngrusak kabeh suku Tengger. Pengorbanan Jaya Kesuma Kahanan iki kaya mangan woh simalakama, anak-anake ora ana sing wani ngomong. Dumadakan anak sing ragil yaiku Jaya Kesuma matur marang keluargane. “Bapak, ibu lan dulur-dulur sing kula tresnani, mugi-mugi Gusti Agung nampi kurban kula”. Ujare anak ragil Jaya Kesuma. Apa sing di omong Kesuma gawe kaget lan sedhih sakabenahe keluarga. Dheweke ora pingin kelangan wong sing di tresnani. Nanging, janji kudu di tepati kanggo katentremane suku Tengger. “Aku mung njaluk eling karo lungaku. Tulung kirimen hasil tetanen lan ingon-ingon menyang kawah Bromo saben tanggal 14 wulan Kasadha”. Ujare Kesuma. Sakwise pamit marang keluargane, Kesuma banjur menyang puncak Gunung Bromo. Ora ana rasa wedi ing raine. Kanthi gagah prakoso, dheweke banjur nyemplung ing kawah Bromo. Awal Mula Tradisi Upacara Kasada Sakwise Kesuma ngurbanake awake, Gunung Bromo katon ayem. Dheweke ngira yen para Dewa wis ora duka maneh. Wiwit kadadean kasebut, tradhisi ngiri asil tetanen lan ingon-ingon ing kawah Bromo tetep ana nganti saiki. Tradhisi iki di tindakak saben taun ing sasi Jawa Asyuro Suro banjur di arani tradisi Kasadha. Unsur Intrinsik Legenda Gunung Bromo Setelah membaca asal usul gunung bromo secara keseluruhan, selanjutnya kita dapat menganalisis unsur intrinsiknya. Berikut unsur instrinsik cerita gunung bromo dalam bahasa Jawa. Tema Tema CeritaLegenda Gunung Bromo ini bertema tentang suatu perjanjian. Seperti pada cerita, Rara Anteng tidak dapat menepati janjinya dan berbuat curang agar tidak dapat menikahi Kyai Bima. Suatu ketika Rara Anteng dan suaminya membuat perjanjian kembali dengan para Dewa. Namun, kali ini Rara Anteng tidak dapat mengelaknya. Sehingga anaknya yang terakhir harus di korbankan ke kawah Gunung Bromo. Tokoh Tokoh CeritaAda beberapa tokoh utama dalam cerita rakyat asal usul Gunung Bromo, antara lain adalah Roro Anteng, Joko Seger, Kyai Bima, Jaya Kesuma. Roro Anteng di gambarkan sebagai wanita yang sangat cantik dan baik hati. Namun di lain sisi, Roro dapat berbuat curang dan mengingkari janjinya agar tidak menikahi orang yang tidak di cintai. Joko Seger di gambarkan sebagai laki-laki yang tampan, gagah, bertanggung jawab dan bijaksana. Namun, Jaka seger seperti manusia pada umumnya yang memiliki kelemahan yang terkadang berjanji tanpa berpikir ke depannya. Seperti ketika Joko terlena karena kesenangannya yang akan memiliki anak. Sampai dia lupa membuat perjanjian untuk mengorbankan anak terakhirnya. Kyai Bima adalah sosok antagonis dalam cerita yang berwujud seorang raksasa. Sifatnya pemarah, kejam dan ingin menang sendiri. Kyai Bima tidak segan untuk mengancam orang lain agar mendapatkan apa yang di inginkan. Hal ini di gambarkan ketika Kyai Bima hendak meminang Roro Anteng. Jika pinangannya tidak di terima maka Kyai Bima tidak segan menghabisi warga sekitar gunung Bromo dan merusak desanya. Karena itu dengan bijaksana Roro memberikan syarat agar di penuhi Kyai Bima. Jaya Kesuma adalah anak terakhir Roro Anteng dan Joko Seger. Tokoh ini di gambarkan sebagai anak yang bijaksana dan rela berkorban demi kepentingan bersama. Jaya Kesuma dengan gagah dan berani rela mengorbankan nyawanya dan menjalankan janji yang di buat kedua orang tuanya. Pengorbanan yang dia lakukan yakni agar warga Suku Tengger lebih tentram dan damai karena janji kepada Dewa sudah di penuhi. Latar Latar CeritaLatar tempat dalam cerita rakyat ini di sekitar Gunung Bromo yang berada di Provinsi Jawa Timur. Juga di desa yang di dirikan Rara dan Jaka yakni Kawasan Tengger. Latar waktu pada cerita ini adalah terjadi pada jaman dahulu yakni jaman Kerajaan Majapahit dimana masyarakatnya mempercayai para Dewa. Alur Alur CeritaAsal usul Gunung Bromo ini memiliki alur maju. Ceritanya di mulai dari kelahiran Rara dan Jaka, hingga keduanya menikah dan memiliki anak. Dari cerita itu juga di kisahkan konflik yang mereka hadapi hingga penyelesaiannya yang berakhir bahagia. Sudut Pandang Sudut PandangSudut pandang dalam cerita ini adalah orang ketiga. Karena yang di ceritakan adalah kisah orang lain. Amanat / Pesan Moral Pesan MoralDari kisah ini banyak pelajaran yang dapat di ambil, yang paling menonjol adalah tentang janji yang harus di tepati. Sepahit apapun janji yang sudah terucap tidak dapat di tarik kembali. Mengingkari janji hanya akan menambah konflik yang lain. Karena itu, janji harus di tepati sepahit apapun itu. Meskipun butuh pengorbanan, agar lebih tenang janji harus di tepati. Demikianlah legenda gunung bromo yang menceritakan kisah Roro Anteng dan Jaka Seger sebagai asal mula terjadinya tradisi upacara kasada di Tengger. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pesan moral dan kisah tersebut. Jakarta - Gunung Bromo adalah salah satu gunung aktif di Jawa Timur dan merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Bromo sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Brahma yang merupakan salah seorang Dewa Utama dalam agama Hindu. Sedangkan dalam bahasa Tengger Bromo dibaca terletak pada ketinggian meter di atas permukaan laut dengan dikelilingi oleh empat kabupaten yaitu Kabupaten Malang, Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang. Gunung Bromo memiliki puncak tertinggi nomor dua setelah beberapa fakta menarik mengenai Gunung Bromo 1. Proses terbentuknya Gunung BromoGunung Bromo serta lautan pasir berasal dari 2 gunung yang saling berhimpitan satu sama lain yang keduanya dinamakan Gunung Tengger 4. 000 meter dpl yang merupakan gunung tertinggi saat fenomena letusan kecil dengan materi vulkaniknya terlempar ke arah tenggara sehingga membentuk lembah yang besar dan dalam. Setelah itu, terjadi letusan yang dahsyat hingga menciptakan kaldera yang memiliki diameter lebih dari 8 lanjutan dari letusan gunung tersebut ialah memunculkan lorong magma di tengah kaldera sehingga memunculkan beberapa gunung lain, yaitu Gunung Widodaren, Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok dan Gunung Bromo, serta menimbulkan terjadinya lautan Upacara KasadaUpacara Kasada adalah upacara yang dilakukan oleh agama Hindu dari Suku Tengger, namun tidak dilakukan oleh agama Hindu Kasada merupakan salah satu ritual yang dilakukan untuk meminta pengampunan kepada Brahma dalam sebuah bentuk pengorbanan. Pengorbanan ini dapat berupa pakaian, uang, makanan, sayuran, buah-buahan, dan hasil Kasada dilakukan setiap hari ke-14 di bulan Kasada dalam penanggalan Memiliki salah satu spot sunrise yang favoritKetikan melakukan penanjakan, hal yang paling dicari oleh para pendaki gunung Bromo adalah dapat melihat keindahan matahari terbit yang berada di puncak sedikit para pendaki yang rela ke puncak Bromo untuk melihat keindahan ini, dan menjadikannya sebagai salah satu spot foto favorit bagi para pendaki Gunung Bromo. Para pendaki dapat memulai perjalanannya dari Cemoro Lawang di Bukit TeletubbiesBukit yang sering disebut dengan nama Bukit Teletubbies ini aslinya adalah sebuah padang rumput sabana dengan dikelilingi oleh hamparan bunga-bunga yang cukup siang hari, bukit tampak indah sekali dengan hamparan rerumputan yang hijau. Bukit ini berada di balik Gunung Bromo, sehingga para wisatawan yang ingin ke daerah ini harus mengeluarkan tenaga yang extra untuk mendapatkan pemandangan yang sangat Gunung dengan letusan yang teraturGunung Bromo memiliki keunikannya sendiri, yaitu memiliki letusan yang teratur. Letusan ini dikatakan teratur karena Gunung Bromo selalu meletus setiap 30 tahun sekali, yang dimulai dari tahun 1767, 1974, dan yang terakhir 2015. Gunung Bromo memiliki waktu erupsi yang singkat yaitu 20 menit pada tahun 2004, dan erupsi yang panjang dengan lama waktunya adalah 9 bulan pada tahun Fenomena embun esFenomena embun es ini dapat disebut dengan fenomena tahunan yang terjadi di Gunung Bromo. Embun es atau bun upas frost terjadi dibeberapa titik di Gunung Bromo yakni di Lautan Pasir, Pasir Berbisik, dan Bukit embun es ini terjadi karena penurunan suhu yang drastis dengan tekanan angin yang cukup tinggi. Biasanya embun es ini terjadi pada bulan Juni hingga Agustus. Sedangkan untuk puncaknya terdapat di awal dan pertengahan tahunnya, fenomena ini selalu dinantikan kehadirannya oleh para wisatawan. Bagi para wisatawan yang ingin melihatnya, dapat melihat embus es pada pukul WIB sampai WIB. Simak Video "Polisi Ungkap Penyebab Hilangnya Patung Ganesha di Gunung Bromo" [GambasVideo 20detik] pin/pin Gunung Bromo adalah salah satu gunung berapi aktif yang ada di Indonesia, tepatnya di Jawa Timur dan meliputi 4 kabupaten yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Sebagai gunung berapi yang masih aktif, Bromo jadi tujuan wisata terkenal di Jawa Timur dan hampir tidak pernah sepi setiap harinya. Statusnya yang masih aktif membuat Gunung Bromo jadi lebih menarik di mata wisatawan. Ketinggian Gunung Bromo meter diatas permukaan laut dan memiliki bentuk tubuh bertautan diantara lembah dan ngarai dengan di kelilingi kaldera atau lautan pasir luas kurang lebih sekitar hektar. Gunung Bromo terkenal sebagai icon wisata probolinggo paling indah dan paling banyak dikunjungi. Kata “Bromo” berasal dari kata “Brahma” yaitu salah satu Dewa Agama Hindu. Gunung Bromo memang tidak besar seperti gunung api lain di Indonesia tetapi pemandangan Bromo sangat menakjubkan sekali. Keindahan Gunung Bromo yang luar biasa membuat wisatawan kagum. Dari puncak Penanjakan pada ketinggian m, wisatawan bisa melihat matahari terbit di Wisata Bromo. Pemandangan yang indah membuat banyak wisatawan ingin mengabadikan momen berharga ini. Pada waktu matahari terbit terlihat dari puncak penanjakan yang sangat luar biasa para pengunjung bisa melihat latar depan dari Gunung Semeru yang akan mengeluarkan asap terlihat dari kejauhan dan matahari akan bersinar terang naik ke atas langit. Masyarakat sekitar Gunung Bromo akan merayakan festival Yadnya Kasada atau Kasodo setiap tahun sekali dengan memerikan persembahan seperti sayuran, ayam, dan uang yang akan dipersembahkan pada dewa dan dibuang ke dalam kawah gunung Bromo. Sebagai wujud dari rasa syukur kepada yang maha kuasa. Sejarah Gunung BromoTempat Wisata di Gunung BromoKawah Gunung BromoBukit Teletubies Gunung BromoPasir Berbisik Gunung BromoPenanjakan Gunung BromoKebun Strawberry di Gunung BromoBudaya di Gunung BromoAktivitas Gunung BromoLetusan pada tahun 2004Letusan pada tahun 2010Letusan pada tahun 2011Cara Liburan ke Gunung Bromo Sejarah Gunung Bromo Jaman dahulu ketika kerajaan majapahit menerima banyak serangan dari berbagai daerah, banyak penduduk pribumi jadi bingung mencari tempat tinggal baru sampai akhirnya mereka pisah jadi 2 bagian. Satu menuju ke Bali, dua menuju Gunung Bromo. Kedua tempat ini sampai sekarang memiliki kesamaan yaitu sama-sama menganut Agama Hindu. Nama “Tengger” diyakini berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger. “Teng” merupakan akhiran nama Roro An-“teng” dan “ger” merupakan akhiran nama dari Joko Se-“ger” dan Gunung Bromo juga dipercaya sebagai gunung suci. Masyarakat Hindu menyebutnya dengan nama Gunung Brahma. Sedangkan orang Jawa menyebutnya Gunung Bromo. Kurang lebih seperti itulah asal – usul dari legenda Gunung Bromo. Tempat Wisata di Gunung Bromo Kawah Gunung Bromo Untuk dapat sampai di lokasi wisata Kawah Gunung Bromo, dari tempat parki Jeep para pengunjung dapat menggunakan jasa sewa kuda atau berjalan kaki kurang lebih sekitar 1,5 km untuk sampai di anak tangga yang jumlahnya sekitar 250. Jalan yang dilewati berpasir dan melewati Pura Suci Suku Tengger yang biasa di fungsikan untuk melaksanakn perayaan Yadya Kasada atau biasa disebut dengan nama Upacara Kasodo, menurut legendanya Kawah Bromo asalnya dari letusan gunung Tengger. Dengan garis tengah lebih kurang 800 meter utara-selatan dan lebih kurang 600 meter timur-barat. Sedangkan kawasan yang berbahaya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Gunung Bromo. Bukit Teletubies Gunung Bromo Merupakan sebuah padang-savanah yang biasa disebut dengan nama Bukit Teletubies Gunung Bromo dan dikelilingi deretan perbukitan. Sebuah pemandangan alam yang sangat sempurna, bisa dikatakan Gunung Bromo mempunyai pesona alam yang sangat komplit, mulai dari pemandangan matahari terbit yang indah, kemegahan kawah Wisata bromo, kaldera atau lautan padang pasir dan hamparan rumput yang terdapat di padang savanah ini. Pasir Berbisik Gunung Bromo Merupakan hamparan lautan padang pasir hitam yang luas dan indah, lokasinya berada di sekitar Kaldera Gunung Bromo tepat pada bagian timur kawasan wisata Gunung Bromo. Tempat ini sekarang jadi populer sejak pernah dijadikan sebagai lokasi shooting film Pasir Berbisik yang dibintangi oleh dian Sastro Wardoyo. Berada ditengah lautan pasir terdapat sebuah pure yang biasa dijadikan sebagai tempat sembahyang masyarakat suku Tengger. Penanjakan Gunung Bromo Gunung Bromo adalah lokasi terbaik di Indonesia untuk melihat matahari terbit yang sangat indah dan menawan. Untuk dapat mencapai Penanjakan Gunung Bromo, wisatawan bisa menggunakan jasa sewa jeep Bromo untuk mengantarkan sampai ke lokasi-lokasi wisata menarik di Gunung Bromo. Berangkat menuju Puncak Pananjakan Gunung Bromo harus dilakukan pada di dini hari pagi sekitar pukul dan perjalanan dapat dimulai dari penginapan tempat Anda menginap di gunung bromo, supaya Anda tidak ketinggalan matahari terbit di kawasan wisata Gunung Bromo. Kebun Strawberry di Gunung Bromo Gunung Bromo tidak hanya menawarkan Anda pemandangan alam yang indah dan kebudayaan saja, dalam bidang Agrowisata Anda juga dapat menemukan kawasan wisata yang memiliki nuansa beda untuk di Gunung Bromo. Di kawasan wisata yang satu ini, Anda dapat langsung memetik buah strawberry sendiri langsung dari tangkai pohonnya. Lebih dari itu Anda juga dapat secara langsung menikmati manisnya strawbery khas Gunung Bromo. Buah Strawbery yang tumbuh di Gunung Bromo ini beda dengan yang ada di daerah lain. Yang membuatnya berbeda, strawberry yang tumbuh di Gunung Bromo ini mempunyai cita rasa khas yang legit, dan berwarna merah merona. Jika Anda sedang berkunjung ke salah satu gunung yang tercantik di dunia ini, tidak ada salahnya mencoba untuk nikmati sensasi manis dan legitnya buah strawberry lereng Gunung Bromo. Budaya di Gunung Bromo Pada waktu hari ke 14 festival Hindu Yadnya Kasada, masyarakat Tengger yang hidup di sekitar Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, melakukan pendakian gunung dengan membawa sesaji atau persembahan yang berupa buah, beras, sayuran, bunga dan juga pengorbanan ternak mereka kepada para dewa gunung dengan cara melemparkan sesaji tersebut ke dalam kaldera gunung berapi. Asal usul dari ritual ini berasal dari legenda pada abad ke-15 di mana ada seorang putri bernama Roro Anteng dan suaminya, Joko Seger. Pasangan ini awalnya tidak memiliki keturunan dan karena itu pasangan ini memohon bantuan pada para dewa gunung. Para dewa Gunung kemudian memberikan mereka 24 anak akan tetapi, ternyata diberikan 25 anak, yang terakhir bernama Jaya Kusuma, dan dalam perjanjian pasangan tersebut dengan para dewa, pasangan tersebut harus melemparkan anaknya yang ke 25 ke dalam gunung berapi sebagai korban. Kemudian permintaan dari dewa Gunung pun dilaksanakan. Setelah Jaya Kusuma menceburkan diri ke dalam kawah Gunung, dia meminta pada masyarakat Tengger supaya menceburkan hasil ladang ke dalam kawah setiap tanggal 14 bulan kasadha, Tradisi melemparkan hasil ladang ke gunung berapi untuk menenangkan para dewa-dewa kuno ini kemudian berlanjut sampai saat ini dan disebut dengan upacara Yadnya Kasada. Meskipun berbahaya, beberapa warga mengambil resiko naik turun ke kawah gunung tersebut, dalam upaya untuk membawa barang yang dikorbankan tersebut dipercayai dapat membawa keberuntungan untuk mereka. Pada padang pasir terdapat sebuah candi Hindu yang disebut dengan nama Pura Luhur Poten. Candi tersebut memegang arti penting untuk masyarakat Tengger yang tersebar di desa-desa pegunungan, seperti Argosari, Ngadisari, Ngadas, Wonokitri, Ranu Prani, Ledok Ombo dan Wonokerso. Candi ini menjadi tempat utama dalam upacara Yadnya Kasada tahunan yang berlangsung kurang lebih dalam waktu satu bulan. Pada hari ke-14, biasanya masyarakat Tengger akan berkumpul di Pura Luhur Poten ini untuk meminta berkah dari Ida Sang Hyang Widi Wasa dan penguasa Mahameru Gunung Semeru. Kemudian berbagai macam hasil dari sepanjang tepi kawah Gunung Bromo menjadi sesaji yang akan dilemparkan ke dalam kawah. Perbedaan yang menonjol antara candi di Bromo ini dan candi yang ada di Bali adalah jenis bahan batu dan bahan bangunan. Pura Luhur Poten yang ada di Bromo menggunakan batu hitam alami yang berasal dari gunung api di dekatnya, sementara candi di Bali sebagian besar terbuat dari material batu bata merah. Dalam pura ini, terdapat beberapa bangunan dan juga kandang selaras di dalam komposisi zona mandala. Aktivitas Gunung Bromo Letusan pada tahun 2004 Gunung Bromo pernah meletus pada tahun 2004. Letusan tersebut mengakibatkan kematian dua orang karena terkena batu dari ledakan gunung. Letusan pada tahun 2010 Pada hari Selasa, bulan November tanggal 23, tahun 2010, pukul WIB Waktu Indonesia Barat, Pusat Vulkanologi dan Indonesia Mitigasi Bencana Geologi CVGHM menegaskan bahwa status aktivitas di Gunung Bromo sedang “waspada” karena semakin meningkatnya aktivitas tremor dan gempa vulkanik dangkal yang terjadi di gunung. Kekhawatiran semakin besar dan prediksi bahwa letusan gunung berapi mungkin mungkin terjadi semakin kuat. Tindakan pencegahan pun dilakukan dan penduduk setempat juga wisatawan diminta untuk tidak terlalu dekat dengan Gunung Bromo, setidaknya dalam radius tiga kilometer dari kaldera Bromo didirikan perkemahan untuk para pengungsi. Daerah di sekitar Teggera kaldera Bromo tetap terlarang untuk para pengunjung di sisa akhir tahun 2010. Kemudian Bromo mulai meletus abu pada hari Jumat 26 November 2010. Pada tanggal 29 November 2010 Juru bicara Kementerian Perhubungan Bambang Ervan mengumumkan kalau bandara domestik Malang akan ditutup sampai dengan 4 Desember 2010. Malang merupakan kota besar dan berpenduduk sekitar jiwa dan lokasinya berada sekitar 25 km 16 mil arah barat dari Gunung Bromo. Bandara Abdul Rachman Saleh biasanya menangani sekitar 10 penerbangan domestik setiap harinya yang berasal dari ibukota Jakarta. Pemerintah vulkanologi Surono melaporkan kalau gunung berapi akan memuntahkan kolam abu sampai dengan radius sekitar 700 meter kaki ke langit. Letusan pada tahun 2011 Letusan Gunung Bromo pada tanggal 22 Januari 2011 pukul 0530 membuat Kawah Gunung Bromo sampai tidak terlihat Kawah Tengger masih aktif pada waktu akhir Januari 2011, kegiatan yang ditandai dengan fluktuasi letusan sedang berlangsung. Pada tanggal 23 Januari 2011 Pusat Vulkanologi Indonesia dan Mitigasi Bencana Geologi CVGHM Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan bahwa sejak tanggal 19 Desember 2010 abu dan material vulkanik pijar sudah dikeluarkan oleh aktivitas letusan gunung dan menghasilkan hujan yang lebat dari bahan yang jatuh di sekitar kawah. Letusan terus menerus yang terjadi pada tanggal 21 Januari menyebabkan banyak abu tipis jatuh terutama di daerah desa Ngadirejo dan Sukapura Wonokerto yang ada di Kabupaten Probolinggo. Dampak yang dihasilkan dari hujan lebat abu vulkanik akibat letusan gunung sejak 19 Desember 2010 mengakibatkan aktivitas normal jadi terganggu. Kemudian pada awal 2011 keprihatinan tentang ekonomi lokal dan masalah potensi lingkungan juga kesehatan dalam jangka panjang di antara warga yang ada di wilayah sekitar Gunung Bromo. Karena curah hujan musiman yang sangat tinggi pada bulan Januari 2011 potensi lahar dan aliran lava naik karena deposito abu vulkanik, pasir dan bahan lainnya yang telah dikeluarkan kemudian dibangun. Orang yang tinggal di tepi Perahu Ravine, Nganten Ravine dan Sukapura Sungai disiagakan untuk kemungkinan aliran lava, terutama ketika hujan lebat di daerah sekitar Cemorolawang, Ngadisari dan Ngadirejo. Cara Liburan ke Gunung Bromo Darimanapun Anda berasal, bisa menuju kota Surabaya atau Malang terlebih dahulu. Jauh hari sebelum berangkat, pastikan untuk merencanakan liburan Anda dengan baik. Agar lebih mudah dan lebih murah, Anda bisa memesan paket wisata Bromo, pasti lebih murah dan lebih efisien. Jika Anda pesan paket wisata Bromo, Anda akan dijemput di Surabaya atau Malang, atau area sekitarnya. Kemudian diantarkan ke Bromo, sampai diantarkan kembali menuju lokasi yang Anda inginkan, di Surabaya atau Malang dan sekitarnya. Sangat mudah, murah, dan tidak membuang banyak waktu.

awal mula gunung bromo