BacaJuga : Silsilah Keluarga Tasya Farasya dan Tasyi Athasyia, Keturunan Arab Pemilik Perusahaan Tifar Admanco. Tentu Syekh Zaki mempunyai alasan tersendiri jika dirinya tidak mau poligami, walau pun ditawari banyak wanita. Syekh Zaki mengaku mendapat tawaran untuk menikah lagi, tapi memilih untuk tetap bersama Tasyi Athasyia. 1 Ada yang berpendapat, bahwa Syekh Maulana Maghribi adalah juga Maulana Malik Ibrahim. Namun berdasarkan penyelusuran genealogy, Syekh Maulana Maghribi adalah putera Thobiroh (Tabira), sedangkan Thobiroh adalah Puteri Syekh Jamaluddin Husein Akbar. Rabu 31 Desember 2014 | 0 komentar. Silsilah Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak bisa diungkapkan secara jelas dan runtut, terutama silsilahnya ke atas, karena catatan dan dokumen silsilah keluarga beliau ikut hangus terbakar ketika rumahnya mengalami musibah kebakaran. Namun, menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya Biografidan Silsilah Keluarga Syekh Subakir Asal Usul Syekh Subakir Syekh Subakir berasal dari Iran ( dalam riwayat lain Syekh Subakir berasal dari Rum). Syekh Subakir diutus ke Tanah Jawa NabiMuhammad SAW. Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad. PANGERAN HASANUDDIN - PANEMBAHAN SUROSOWAN (1552-1570) berputera : MAULANA YUSUF PANEMBAHAN PAKALANGAN GEDE (1570-1580) berputra : MAULANA MUHAMMAD PANGERAN RATU ING BANTEN (1580-1596) berputra : SULTAN ABUL MAFAKHIR MAHMUD 'ABDUL KADIR KENARI (1596 RkBx. Daftar Isi Apa itu Silsilah Keluarga Urutan Silsilah Keluarga Jawa Sunda Inggris Cara Membuat Silsilah Keluarga Contoh Silsilah Keluarga - Silsilah keluarga adalah hal penting yang harus diketahui setiap orang. Pengetahuan dasar ini penting untuk mengetahui garis keturunan kita, siapa saja para pendahulu kita. Manfaat yang bisa dirasakan utamanya berkaitan dengan budaya dan agama. Misalnya silsilah keluarga digunakan untuk menentukan wali pernikahan, atau untuk menentukan marga bagi suku itu Silsilah KeluargaDilansir dari penelitian UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, silsilah keluarga adalah catatan hubungan beberapa generasi keluarga yang digambarkan dalam suatu struktur pohon. Format penyajian silsilah keluarga yang paling umum ialah posisi generasi tua di atas dan generasi selanjutnya berada di urutan silsilah keluarga ini berbeda-beda, biasanya tergantung adat budaya masing-masing daerah. Misal pada masyarakat Jawa, silsilah keluarga bisa disebutkan hingga 18 tingkatan. Beda lagi pada masyarakat Sunda yang memiliki tujuh tingkatan. JawaSilsilah ke bawah maupun ke atas pada keluarga Jawa memiliki sebutan yang sama. Hanya pada urutan ke-1 dan ke-2 yang memiliki sebutan keturunan 1 ke bawah di sebut anak, urutan 1 ke atas disebut bapak/ibu. Jika urutan 2 ke bawah disebut putu, urutan 2 ke atas disebut simbah atau ini silsilah lengkap masyarakat Jawa mulai 18 generasi atas hingga 18 generasi bawah, dilansir dari penelitian UIN Sayyid Ali Rahmatullah ke-18 eyang trah tumerahMoyang ke-17 eyang menya-menyaMoyang ke-16 eyang menyamanMoyang ke-15 eyang amplengMoyang ke-14 eyang cumplengMoyang ke-13 eyang giyengMoyang ke-12 eyang cendhengMoyang ke-11 eyang gropak watonMoyang ke-10 eyang galih asemMoyang ke-9 eyang debog bosokMoyang ke-8 eyang gropak sentheMoyang ke-7 eyang gantung siwurMoyang ke-6 eyang udeg-udegMoyang ke-5 eyang warengMoyang ke-4 eyang canggahMoyang ke-3 eyang buyutMoyang ke-2 eyang/simbahMoyang ke-1 bapak/ibu AndaKeturunan ke-1 anakKeturunan ke-2 putuKeturunan ke-3 buyutKeturunan ke-4 canggahKeturunan ke-5 warengKeturunan ke-6 udeg-udegKeturunan ke-7 gantung siwurKeturunan ke-8 gropak sentheKeturunan ke-9 debog bosokKeturunan ke-10 galih asemKeturunan ke-11 gropak watonKeturunan ke-12 cendhengKeturunan ke-13 giyengKeturunan ke-14 cumplengKeturunan ke-15 amplengKeturunan ke-16 menyamanKeturunan ke-17 menya-menyaKeturunan ke-18 trah istilah di atas, masih ada sebutan untuk keluarga dekat. Misalnya pakde kakak dari ayah/ibu, paklik/bulik adik dari ayah/ibu, ponakan keponakan/anak dari saudara kandung.SundaSilsilah pada masyarakat Sunda ada tujuh tingkatan. Generasi di atas moyang ke-7 disebut karuhun. Berikut ini urutan silsilah keluarga Sunda dari 7 generasi atas hingga 7 generasi bawah yang dilansir dari laman Universitas Negeri ke-7 gantung/kait siwurMoyang ke-6 udeg-udegMoyang ke-5 jangga warengMoyang ke-4 baoMoyang ke-3 buyutMoyang ke-2 embah/aki/niniMoyang ke-1 kolot/indung/bapa AndaKeturunan ke-1 anakKeturunan ke-2 incuKeturunan ke-3 buyutKeturunan ke-4 baoKeturunan ke-5 jangga warengKeturunan ke-6 udeg-udegKeturunan ke-7 gantung/kait itu ada sebutan untuk keluarga dekat, misalnya emang/paman/bibi adik dari ayah/ibu, ua kakak dari ayah/ibu, alo keponakan/anak dari kakak, suan keponakan/anak dari adik.InggrisBerikut ini silsilah keluarga hingga beberapa generasi dan sebutan untuk keluarga dekat yang dilansir dari laman English moyang forefathersKakek/nenek buyut great grandfather/great grandmotherKakek/nenek grandfather/grandmotherAyah dad/fatherIbu mom/motherAnak son/daughterCucu grandson/granddaughterCicit great granddaughter/great grandsonBibi/tante auntPakde/om uncleSepupu cousinKeponakan niece/ Membuat Silsilah KeluargaAnda bisa membuat silsilah keluarga sendiri dengan dua cara. Pertama adalah cara manual dengan menggambar sendiri. Kedua menggunakan aplikasi online. Berikut manual dilakukan dengan menggambar sendiri dimulai dari generasi paling atas. Langkahnya sebagai berikutTentukan berapa banyak generasi yang ingin dari generasi tertua di atas lalu turun ke individu diwakili dengan kotak dan terhubung dengan orang lain dengan nama dan posisi dalam bentuk garis berbeda untuk hubungan yang cara online bisa dilakukan dengan masuk ke situs penyedia jasa pembuatan silsilah keluarga. Prosesnya sangat mudah. Di sana sudah ada berbagai template sehingga Anda tinggal memasukkan nama pada Silsilah KeluargaDi bawah ini ada tiga contoh silsilah keluarga. Contoh 1 dan 2 menggambarkan keluarga inti dengan satu generasi di bawah. Sedangkan contoh 3 lebih rumit dengan menggambarkan hingga empat generasi di 1Foto CanvaContoh pertama menggambarkan seseorang yang memiliki tiga saudara kandung. Masing-masing sudah menikah dan memiliki 2Foto CanvaContoh kedua menggambarkan dua generasi di atasnya beserta keluarga dari paman dan 3Foto SMAN 1 PamotanContoh ketiga menggambarkan detail dari empat generasi di atasnya lengkap dari sisi ayah maupun itulah tadi penjelasan mengenai silsilah keluarga yang menjadi hal penting untuk mengetahui para pendahulu kita. Cara membuatnya pun mudah, yaitu dapat dilakukan secara manual maupun situs online. Simak Video "Rangkaian Pelebon Raja Denpasar IX Manah Toya Ning hingga Pawai Ogoh-ogoh" [GambasVideo 20detik] bai/fds Syaikh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi lahir pada 25 Jumada I, 1335 H, sesuai dengan 20 Maret 1917 di Kandahla di India. Keluarganya terkenal dengan keilmuan dan kesetiaan total dalam perjuangan Islam. Ayahnya, Syaikh Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi wafat 1943, memainkan peranan penting dalam gerakan pemurnian yang dipimpin oleh dua ulama, Ahmad bin Muhammad Irfan dan Muhammad Ismail, dan keduanya wafat sebagai syuhada. Gerakan pemurnian yang bertujuan untuk menghapus semua penyimpangan dari kepercayaan rakyat dan kembali kepada agama Islam yang murni. Beberapa ulama dalam keluarganya belajar di bawah Syaikh Abd al-Aziz bin Ahmad bin Abd al-Rahim Al-Dahlawi, seorang ulama yang sangat terkemuka dalam ilmu Hadits. Sesungguhnya keluarga beliau menghasilkan barisan panjang ulama-ulama terkenal dalam ilmu Hadis, Fiqh, dan ilmu Islam lainnya. Silsilah keturunan dari Garis Ayah Maulana Muhammad Yusuf anak dari Maulana Muhammad Ilyas anak dari Maulana Muhammad Ismail anak dari Syaikh Ghulam Hussein anak dari Hakim Karim Baksh anak dari Hakim Ghulam Mohiuddin anak dari Maulana Muhammad Sajid anak dari Maulana Muhammad Faiz anak dari Maulana Hakim Muhammad Syarif anak dari Maulana Hakim Muhammad Asyraf anak dari Syaikh Jamal Muhammad Syah anak dari Syaikh Nur Muhammad anak dari Syaikh Bahauddin Syah anak dari Maulana Syaikh Muhammad anak dari Syaikh Muhammad Fadhil anak dari Syaikh Qutb Syah. Silsilah keturunan dari Garis Ibu Ibunya anak dari Maulvi Rauful Hasan anak dari Maulana Zia-ul-Hasan anak dari Maulana Nurul Hasan anak dari Maulana Abul Hasan anak dari Mufti Ilahi Baksh anak dari Maulana Syaikhul Islam anak dari Hakim Qutbuddin anak dari Hakim Abdul Qadir anak dari Maulana Hakim Muhammad Syarif anak dari Maulana Hakim Muhammad Asyraf anak dari Syaikh Jamal Muhammad Syah anak dari Syaikh Nur Muhammad anak dari Syaikh Bahauddin Syah anak dari Maulana Syaikh Muhammad anak dari Syaikh Muhammad Fadhil anak dari Syaikh Qutb Syah. Garis silsilah keturunan ayah dan ibu dari keluarga Maulana Yusuf bertemu di Hakim Muhammad Syarif. Lalu garis silsilah keluarga keturunan mereka kembali ke Amirul Mukminin Hazrat Abu Bakar Siddiq RA. Kedua keluarga ini tinggal di desa Kandhala dan Jinhjana. Mereka terkenal dengan kereligiusan, keilmuan dan kesalehan. Navigasi pos Silsilah Keluarga Rasulullah SAW Keluarga yang ingin kita bahas pada artikel ini merupakan keluarga dari seorang manusia yang paling mulia, yang pernah menginjakkan kakinya di muka bumi, dialah Muhammad bin Abdullah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah memiliki garis nasab yang sangat mulia hingga kepada Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim syariat Islam dan budaya bangsa Arab, bahwa garis nasab dilihat dari keluarga ayah. Sementara garis nasab dari keluarga ibu tidak terlalu diperhatikan. Orang-orang Arab memiliki budaya yang sangat kuat dalam menjaga garis keturunan, sehingga tetap dapat mengenali orangtua mereka meskipun telah berlalu beberapa untuk mengenali asal keluarga seseorang adalah dengan penggunaan penyebutan “bin” setelah nama orang tersebut hingga beberapa nama ke atas’.Kata bin’ digunakan untuk menyandarkan nama seorang anak laki-laki kepada ayahnya, kakeknya dan seterusnya, sebagai tanda ia merupakan keturunannya. Sementara binti’ biasa digunakan untuk anak perempuan kepada ayahnya. Untuk garis nasab, tidak ada penyandaran nama seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan kepada ibunya, kecuali Nabi Isa alaihissalam atau anak yang lahir karena Keluarga Rasulullah Nama ayah baginda Nabi adalah Abdullah bin Abdul Muthallib. Abdullah merupakan anak laki-laki dari Abdul Muthallib. Abdul Muthallib merupakan putra dari Hasyim, oleh karenanya Rasulullah dikenal sebagai orang Quraisy dari Bani Hasyim. Bani Hasyim merupakan salah satu suku terhormat diantara masyarakat Arab pada masa itu. Mereka dikenal sebagai suku yang bertugas untuk menjaga Ka’ Hasyim wafat, kepemimpinan suku Quraisy diwariskan kepada putranya, Muthalib yang kemudian dilanjutkan oleh, kakek Rasulullah , Abdul Muthallib yang merupakan seorang pemimpin Quraisy yang sangat disegani. Abdul Muthallib memiliki sepuluh anak laki-laki dan enam anak wanita, dari sekitar tujuh orang anak laki-lakinya adalah Al Abbas, Hamzah, Abdullah, Abu Thalib yang memiliki nama asli Abdu Manaf, Zubair, Al Harits, Hajl, AL Muqawwim, Dhirar dan Abu Lahab yang bernama asli Abdu keenam anak perempuannya adalah Shafiyyah, Ummu Hakim Al Baidha’, Atikah, Umaimah, Arwa dan dari Al Abbas dan Dhirar adalah Nutailah binti Janab bin Kulaib. Ibu dari Hamzah, AL Muqawwim dan Hajl serta Shafiyyah adalah Halah binti Wuhaib bin Abdu Manat. Ibu dari Abdullah, ayah Rasulullah , Abu Thalib, Zubair dan semua bibi Rasulullah selain Shafiyyah adalah Fathimah binti Amr bin Aidz. Sementara ibu dari paman Nabi yang diabadikan dalam Al Qur’an, yakni Abu Lahab adalah Lubna binti Hajar bin Abdu paman Nabi yang masih hidup dimasa kerasulan, dua orang diantaranya memeluk Islam dan berjuang bersama Nabi yakni Al Abbas dan Hamzah. Sementara dua orang lainnya tidak sampai memeluk Islam yakni Abu Thalib dan Abu Lahab. Abu Thalib dikenal sebagai paman yang merawat Nabi setelah Aminah dan Abdul Muthalib meninggal. Abu Thalib merupakan seseorang yang selalu melindungi Rasulullah dari gangguan suku-suku Quraisy yang mau menyakiti Abu Lahab adalah paman Nabi yang sangat keras menentang keluarganya yang selalu melindungi Nabi dan sangat membencinya. Sehingga Allah mengabadikan salah satu surat dalam Al Qur’an dengan namanya, yaitu surat Al Lahab. Disebutkan bahwa Allah menghinakannya pada saat kematian dengan penyakit bisul-bisul disekujur tubuhnya,sehingga selama 3 hari mayatnya terlantar tidak ada yang mau mendekati. Bahkan harus dimasukkan kedalam kubur dengan didorong menggunakan kayu yang panjang, kemudian setelah masuk dilempari dengan bebatuan hingga jasadnya Rasulullah adalah Aminah binti Wahb bin Abdu Manaf. Ibu dari Aminah, atau nenek Rasulullah ﷺ adalah Barrah binti Abdul Uzza bin Utsman. Dari jalur ibupun Rasulullah memiliki garis nasab yang sama baiknya, sehingga dikatakan bahwa Rasulullah ﷺ merupakan anak cucu Adam yang paling mulia keturunan dan nasabnya baik dari garis ayah dan ibunya. Mawlānāsysyāikh Tuan Guru Kyai Hajjī Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd sing. Hamzanwadi adalah seorang ulama karismatis dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan merupakan pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islām terbesar di provinsi tersebut. Di pulau Lombok, Tuan Guru merupakan gelar bagi para pemimpin agama yang bertugas untuk membina, membimbing dan mengayomi umat Islām dalam hal-hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan, yang di Jawa identik dengan Kyai. Kelahiran Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd' dilahirkan di Kampung Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabiul Awwal 1316 Hijriah bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1898 Masehi dari perkawinan Tuan Guru Hajjī Abdul Madjīd beliau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Guru Mu'minah atau Guru Minah dengan seorang wanita shālihah bernama Hajjah Halīmah al-Sa'dīyyah. Nama kecil beliau adalah 'Muhammād Saggāf', nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum dilahirkan, ayahandanya, TGH. Abdul Madjīd, didatangi dua walīyullāh, masing-masing dari Hadhramaũt dan Maghrabī. Kedua walīyullāh itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni "Saqqāf". Beliau berdua berpesan kepada TGH. Abdul Madjīd supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama "Saqqāf", yang artinya "Atapnya para Wali pada zamannya". Kata "Saqqāf" di Indonesiakan menjadi "Saggāf" dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi "Segep". Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan "Gep" oleh ibu beliau, Hajjah Halīmah al-Sa'dīyyah. Setelah menunaikan ibadah hajjī, nama kecil beliau tersebut diganti dengan 'Hajjī Muhammād Zainuddīn'. Nama inipun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang 'ulamā' besar yang mengajar di Masjīd al-Harām. Akhlāq dan kepribadian ulamā' besar itu sangat menarik hati ayahandanya. Nama ulamā' besar itu adalah Syaīkh Muhammād Zainuddīn Serawak, dari Serawak, Malaysia. Silsilah Menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya dari keturunan orang-orang terpandang, yakni dan keturunan sulthān-sulthān Selaparang, sebuah kerajaan Islām yang pernah berkuasa di Pulau Lombok. Disebutkan bahwa Tuan Guru Kyai Hajjī Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd merupakan keturunan Kerajaan Selaparang yang ke-17. Pendapat ini tentu saja paralel dengan analisis yang diajukan oleh seorang antropolog berkebangsaan Swedia bernama Sven Cederroth, yang merujuk pada kegiatan ziarah yang dilakukan Tuan Guru Kyai Hajjī Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd ke makam Selaparang pada tahun 1971, sebelum berlangsungnya kegiatan pemilihan umum Pemilu. Praktik ziarāh semacam ini memang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk masyarakat Sasak, untuk mengidentifikasikan diri dengan leluhurnya. Disamping itu pula, Tuan Guru Kyai Hajjī Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd tidak pernah secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap anggapan dan pernyataan-pernyataan yang selama ini beredar tentang silsilah keturunannya, yakni kaitan genetiknya dengan sulthān-sulthān Kerajaan Selaparang. Keluarga Maulānāsysyāikh TGKH. Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Kakak kandungnya lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Sawdah, Hajji Muhammād Shabūr dan Hajjah Masyitah. Ayahandanya TGH. Abdul Madjīd yang terkenal dengan penggilan "Guru Mu'minah", semasa mudanya bernama Luqmānul Hakīm merupakan seorang muballigh dan terkenal pemberani. Beliau pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah, sedangkan ibu Maulānāsysyāikh, Hajjah Halīmah al-Sa'dīyyah terkenal sangat shãlihah. Luqmānul Hakīm membawa Maulānāsysyāikh ke Mekkah untuk menimba ilmu agama ketika beliau berusia 9 tahun. Pendidikan Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd menuntut ilmu pengetahuan berawal dari pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji membaca Al-Qur'ān dan berbagai 'ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahandanya, yang dimulai sejak berusia 5 tahun. Pendidikan Lokal Setelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan formalnya, beliau kemudian diserahkan oleh ayahandanya untuk menuntut 'ilmu agama yang lebih luas dari beberapa Tuan Guru lokal, antara lain TGH. Syarafuddīn dan TGH. Muhammād Sa'īd dari Pancor serta Tuan Guru 'Abdullāh bin Amaq Dulajī dari desa Kelayu, Lombok Timur. Ketiga guru agama ini mengajarkan ilmu agama dengan sistem halaqah, yaitu para santri duduk bersila di atas tikar dan mendengarkan guru membaca Kitāb yang sedang dipelajari, kemudian masing-masing murid secara bergantian membaca. Pendidikan di Mekah Untuk lebih memperdalam 'ilmu agama, Muhammād Zainuddīn remaja kembali berangkat menuntut 'ilmu ke Mekah diantar kedua orang tuanya, tiga orang kemenakan dan beberapa orang keluarga, termasuk pula TGH. Syarafuddīn. Pada saat itu beliau berusia 15 tahun, yaitu menjelang musim Haji tahun 1341 H/1923 M. Sesampai di Tanah Suci, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid langsung mencari rumah kontrakan di Suqullail, Mekah. Belajar di Masjid al-Haram Beberapa saat setelah musim haji usai, TGH. Abd. Madjid mulai mencarikan guru buat anaknya. Sampailah pencarian TGH. Abd. Madjid pada sebuah halaqah. Syaikh yang mengajar ditempat tersebut bernama Syaīkh Marzūqī, seorang keturunan 'Arāb kelahiran Palembang yang sudah lama mengajar mengaji di Masjīd al-Harām, yang saat itu berusia sekitar 50 tahun. Disanalah Maulānāsysyāikh TGKH. Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd diserahkan untuk belajar. Selain itu juga sempat belajar 'ilmu sastra pada ahli syair terkenal di Mekah, yakni Syaīkh Muhammād Āmīn al-Quthbī dan pada saat itu berkenalan dengan Sayyīd Muhsin Al-Palembanī, seorang keturunan 'Arāb kelahiran Palembang yang kemudian menjadi guru beliau di Madrasah al-Shaulatiyah. Ketika ayah TGKH. Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd pulang ke Lombok, ia langsung berhenti belajar mengaji pada Syaīkh Marzūqī, karena ia merasa tidak banyak mengalami perkembangan yang berarti dalam menuntut 'ilmu selama ini, hal itu dikarenakan kehausan beliau akan ilmu. Namun, sebelum sempat mencari guru, terjadi perang saudara antara kekuasaan dengan golongan Wahabi. Belajar di Madrasah al-Shaulatiyah Dua tahun setelah terjadinya huru hara tersebut, TGKH. Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd muda berkenalan dengan seseorang yang bernama Hajji Mawardī dari Jakarta. Dari perkenalannya itu ia diajak untuk belajar di madrasah al-Shaulatiyah, yang saat itu dipimpin oleh Syaīkh Salīm Rahmatullāh. Pada hari pertama masuknya ia bertemu dengan Syaīkh Hasan Muhammād al-Masysyāth. Madrasah al-Shaulatiyah adalah madrasah pertama sebagai permulaan sejarah baru dalam pendidikan di Arab Saudi. Madrasah ini sangat legendaris, gaungnya telah menggema di seluruh dunia dan telah menghasilkan banyak ulama-ulama besar dunia. Muhammad Zainuddin berhasil menyelesaikan studi dalam waktu hanya 6 tahun, padahal normalnya adalah 9 tahun. Dari kelas 2, diloncatkan ke kelas 4, kemubeliaun loncat kelas lagi dari kelas 4 ke kelas 6, kemubeliaun pada tahun-tahun berikutnya naik kelas 7, 8 dan 9. Perjuangan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid belajar di Tanah Suci Mekah selama 13 tahun kemubeliaun kembali ke Indonesia atas perintah dari guru yang paling beliau kagumi, yakni Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, pada tahun 1934. Setiba di Pulau Lombok beliau mendirikan Sekembali dari Tanah Suci Mekah ke Indonesia mula-mula beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M. kemubeliaun pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah NWDI. Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. Kemubeliaun pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M. beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah NBDI khusus untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di Pulau Lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah organisasi Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah tersebut beliaubadikan menjadi nama pondok pesantren 'Dar al-Nahdlatain Nahdlatul Wathan'. Istilah 'Nahdlatain' beliaumbil dari kedua madrasah tersebut. Al Mukkarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai ulama' pemimpin umat, dalam kehidupan bermasyarakt dan berbangsa telah mengemban berbagai jabatan dan menanamkan berbagai jasa pengabdian. Oleh karena jasa-jasa beliau itulah, maka pada tahun 1995 belau beliaunugerahi Piagam Penghargaan dan medali Pejuang Pembangunan oleh pemerintah. Disamping itu, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku seorang mujahid selalu berupaya mengadakan inovasi dalam gerakan perjuangannya untuk meningkatkan kesejahteraan ummat demi kebahagian di dunia maupun di akhirat. Di antara inovasi/rintisa-rintisan beliau adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan khusus untuk wanita, mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adha dengan mendatangai jamaah di samping didatangi, meyelenggarakan pengajian umum secara bebas, mengadakan gerakan doa dengan berhizib, mengadakan syafa'at al-kubro, menciptakan tariqat, yakni tariqat Hizib Nahdlatul Wathan, membuka sekolah umum disamping sekolah agama madrasah, menyusun nazam berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia, dan lain-alin. Karya Al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku ulama' pewaris para Nabi, di samping menyampaikn dakwah bi al-hal wa bi al-lisan, juga tergolong penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan kemampuan beliau sebagai pengarang ini tumbuh dan berkembang sejak beliau masih belajar di Madrasah Shaulatiyah Mekah. Namun karena banyaknya dan padatnya kegiatan keagamaan dan keasyarakatan yang harus diisi maka peluang dan kesempatan untuk memperbanyak tulisan tampaknya sangat terbatas. Kendatipun demikian di tengah-tengah keterbatasan waktu itu, beliau masih sempat mengarang beberapa kitab, kumpulan doa, dan lagu-lagu perjuangan dalam bahasa Arab, Indonesia dan Sasak. Wafat Tarikh akhir 1997 menjadi masa kelabu Nusa Tenggara Barat. Betapa tidak, hari Selasa, 21 Oktober 1997 M / 18 Jumadil Akhir 1418 H dalam usia 99 tahun menurut kalender Masehi, atau usia 102 tahun menurut Hijriah. Sang ulama karismatis, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, berpulang ke rahmatullah sekitar pukul WITA di kebeliauman beliau di desa Pancor, Lombok Timur. Tiga warisan besar beliau tinggalkan ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelembagaan Nahdlatul Wathan yang tersebar di seluruh Indonesia dan mancanegara. Pada hari Kamis, 9 November 2017 bertempat di Istana Negara, beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, berdasarkan Keputusan Presiden Kepres Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Empat tokoh yang dianugerahi Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo yakni almarhum Tuan Guru Kiai Haji TKGH Muhammad Zainuddin Madjid asal Lombok Nusa Tenggara Barat, almarhumah Laksamana Malahayati asal Aceh, almarhum Sultan Mahmud Riayat Syah asal Kepulauan Riau, dan almarhum Prof. Drs. Lafran Pane asal Daerah Istimewa Yogyakarta.

silsilah keluarga maulana syaikh